Jakarta – Edukasi penggunaan Biosaka harus dilakukan terus menerus. Hal ini agar petani sedikit demi sedikit bisa mengubah cara kerjanya dalam mengaplikasikan Biosaka.
Penemu Biosaka, Muhammad Anshar dalam webinar “Bimbingan Teknis Pembuatan Biosaka di Sumatera Selatan”, Selasa (8/11), mengatakan kini kampanye penggunaan Biosaka sebagai elisitor tanaman pertanian secara meluas di masyarakat terhalang budaya petani yang sudah berlangsung turun temurun. Padahal, kata dia, manfaat Biosaka sudah terbukti.
“Ini kendalanya. Kampanye Biosaka ini terhalang karena budaya petani dari zaman dulu itu sangat berbeda dengan cara kerja Biosaka. Malah cenderung bertolak belakang,” keluh Anshar.
Selama ini, kata dia, petani melakukan penyemprotan pestisida, pupuk tanaman, maupun produk organik lainnya berpatokan pada kuantitas. Maksudnya, penyemprotan harus terlihat basah dan menghindari angin.
“Yang paling penting dalam Biosaka itu adalah cara penyemprotannya. Justru Biosaka itu jika nozelnya semakin kabut semakin baik. Semakin banyak angin akan semakin mudah kerjanya. Ini acuan Biosaka,” jelas Anshar yang mengikuti forum webinar secara langsung dari Blitar.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi mengatakan, Biosaka sebagai elisitor tanaman sudah mendapatkan sertifikat dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. “Pak Menteri bahkan sudah mengajarkan secara langsung pembuatan Biosaka di tiga daerah. Di Sumatera Utara, Manokwari, dan Kolaka,” kata Suwandi.
Setidaknya ada lima manfaat penggunaan Biosaka. Hasilnya sudah langsung bisa terlihat setelah 24 jam setelah penyemprotan. Pertama, lahan pertanian menjadi lebih subur. Kedua, hemat biaya. Karena bahan-bahan untuk membuat Biosaka tidak perlu beli, ada di sekitar petani.
Ketiga, dapat menghemat penggunaan pupuk sekitar 30% sampai 50%.
Manfaat penggunaan Biosaka yang keempat, yaitu hama penyakit tanaman berkurang. Dan kelima, produksinya lebih bagus secara kuantitas.
“Meski demikian, ini jilid satu. Masih perlu dievaluasi. Makanya mari sama-sama kita gencarkan penggunaannya selama masa tanam Oktober-Maret mendatang,” kata Suwandi.